Setelah diyusdisium layak
mendapatkan gelar sarjana keperawatan dengan ceremonial WISUDA dengan panggilan
Silmia Izzati, S.Kep heheh... J
Biasanya kalau orang wisuda
pasti seneng ya?? Pastiii.. tapi kenapa saiia dikatakan nggak seneng, gak juga
Cuma kurang,, ya gituu dech.. gak perlu sicerita in kali ya... ntar bikin sedih
ajjah. Senyum dunkzz..... nah.. gitu dunkzz... J J J sekali
lagiii yaa... J J J
Setelah sarjana keperawatan,
yaa.... nyambung, sekolah lagiii.. tapi ini sedikit berbeda dengan tahap
akademik, hmm,,, bukan sedikit dech, banyak ajjah kalii ya..... setujuuu??
Yach,, itu dia,, profesi Ners,
ini adalah profesi dari keperawatan setelah tahap akademik sarjana keperawatan,
dengan lama pendidikan 10 bulan,,, yang terdiri dari 9 mata kuliah...
Berawal dari persiapan profesi,
harus belajar lagi tentang keperawatan2 yang dulu diakademik, bongkar, bongkar
lagi kebiasaan lama hehee... buku2 yang dulu, untuk persiapan ners nantinya.
Dan akhirnya dibagi kelompok
sebanyak 10 kelompok dan aku berada dikelompok G dengan 11 anggota kelompok,
yang terdiri dari :
Achirul Putra, S. Kep
Candra Tanjung, S.Kep
Febri Vernando, S. Kep
Hendra Nopen, S. Kep
Hayu Mailasari, S. Kep
Kurnia Indah, S. Kep
Rika Nofriyanti, S. Kep
Ruci Syafni, S. Kep
Sesgita Putri, S. Kep
Widiya Vusva Sari, S. Kep dan
Silmia Izzati, S. Kep (saiia sendiriiii).
Dengan kelompok inilah saiia
dan teman-teman semua berjuang selama 10 bulan, akhir perjuangan dari
pendidikan strata satu keperawatan.
Hmm.. sebaiknya kita deskripsi
in dulu kali ya, tentang gimana perjalanan profesinya,,
Pertama ini adalah tahap
profesi keperawatan dengan masa pendidikan 10 bulan atau 32 SKS, 10 mata kuliah
terdiri dari keperawatan gerontik, keperawatan maternitas, keperawatan gawat
darurat, keperawatan anak, keperawatan medikal bedah, keperawatan komunitas, keperawatan
keluarga, manajemen keperawatan, dan keperawatan jiwa.
penilaian secara gamblang saja
ya, sebenarnya banyak setiap item siklus penilaian berbeda-beda, contoh harus
ada laporan pendahuluan, laporan kasus, resume, activity daily living,
penilaian pencapaian, penyuluhan, terapi aktivitas kelompok, seminar,
diseminasi ilmu (tranfers ilmu), whisleyd survey, musyarawah masyarakat (MMK),
Loka karya mini, pre dan post conference, pra supervisi, supervisi, ujian akhir
siklus de le le.
Dengan responsi diakademik dan
klinik, konsul setiap kegiatan atau tugas yang dibuat. Responsi nya bisa tiap
harii uiii,... kadang2 sampai 2 3 kali responsi sehariii... yang jadwalnya
liburr gak jadi liburr, karena ngejarin tugas-tugas belajar buat persiapan
ditanya2 ma dosen dan CI (Clinical Instruktur).
Langsung ajjah ya.....
Siklus pertama adalah
1. Keperawatan
Gerontik
keperawatan
gerontik adalah keperawatan yang mengacu pada lanjut usia, gabungan geriatri
(patologi) dan konsep menua (fisiologi) = gerontik.
Pertama
kami praktek di PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) atau panti jompo, berbagai
lansia yang ada disana, dan banyak macam ragam lansia yang kami temui, dari
yang ini sampai yang itu.
Banyak
hal yang kami temui, berbagi tawa, bahagia, ikuti kegiatan lansia, mulai dari
senam, wirid, kesenian (wuiii.. ini paling asiiik... nyanyi dan joget bareng
lansia, asikkk dech pokoknyaaa... goyang terusssssssss).
Lansia
adalah tahap perkembangan yang terakhir dari kehidupan, dimana terjadi
penurunan fungsi dan struktur tubuh, termasuk juga emosi.
Banyak
hal yang kami pelajari disana, hikmah yang bisa dipetik adalah bisa disebut
bersumber dari kakek x (samaran), beliau seorang lansia yang taat kepada agama,
beliau mengajarkan berbagai macam hal, salah satu statment yang ingat bahwa
“lansia ini adalah salah satu contoh bagi yang muda, agar dapat memperbaiki
dirinya, karena bagaimana sifat sewaktu muda, akan berdampak disaat lansia
nantinya” begitulah,,, secara tepatnya saiia tidak bisa mendeskripsikannya, dan
hal tersebut sudah terdapat pada ayat suci al-qur’an.
Bukan
hanya kisah kami dengan lansia, kami juga mendapatkan kisah yang tak
terlupakan, yaa... siklus pertama, yang diharuskan kami untuk bersama dalam
satu rumah selama 10 hari, owh... sungguh butuh penyesuaian yang baik, banyak
tingkah, kebiasaan, perangai delele dari kami menjadi satu, ada yang nyebelin,
egois, marah, gak enakan, nangis, eh... ada lelaki yang nangis juga karena
berpisah dari orang tua, namun itu menjadi rampung dengan kebersamaan ketika
kita tertawa bersama menikmati kebersamaan dalam perjuangan yang menyenangkan,
yachh... menyenangkan disaat kita pindah dari kota padang menuju sicincin
dengan kompaknya berangkat bersama, merencanakan segala sesuatu dengan seksama,
harus membawa laptop bagi yang punya, printer mewakili, beli kertas hvs, foto,
tinta, lembar pengkajian lansia dan masih byk lainnya. Dengan bismillah kita
berangkat, walaupun jarak yang tidak begitu jauh dan tidak begitu lama para
lelaki dikelompok kami begitu perhatian mengawasi para wanita selama dalam
perjalanan, akhirnya kami sampai dengan senyum lega alhamdullilah akhirnya
sampai dirumah yang kami sewa selama 10 hari kedepan, rumah yang bagus, elite,
bersih, dengan penghuni yang ramah membuat kami merasa nyaman untuk tinggal
disana. Buat tugas kelompok dan pribadi bersama-sama hingga larut malam, dengan
media yang harus kami siapkan untuk esok harinya dalam rangka memberikan asuhan
keperawatan gerontik khususnya, walaupun teman-teman yang lainnya lebih
mementingkan tugas individu dibanding kelompok tapii tak apalah semua
berkontribusi dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan manajemen
atau bagi-bagi tugas dari penanggung jawab siklus gerontik ini, sippp semua
selesai dengan baik sesuai deadline.
Tiba
saatnya kami pergi bersenang-senang bersama, kepantai pariaman, ke malibo anai
2 kali walaupun pertama sudah terlalu sore sampai2 tempatnya sudah tutup tapi
kami tetap saja bahagia dan tertawa tak tertinggal pula aksi narsis selalu dan
dimana pun berfoto. Jepret jepreet... hahahaa...
Tak
terasa sudah saatnya kami pulang kepadang melanjutkan perjuangan kami lagi,
dengan tugas akhir kami disana desiminasi ilmu dan perpisahan dengan PSTW
terutama bagi para lansia tercintaa, wahh... tak sangka ternyata lansia begitu
antusias apalagi disaat meminta foto kita kita ini dan beliau mengatakan jika
ada waktu kunjungi kami disini yaa... hemm... rasa nya gimana gitu.. “kami
bahagia jauh dari lubuk hati kami”.
Sesampai
dipadang kami melanjutkan siklus keperawatan gerontik dipuskesmas Nanggalo
selama 2 minggu kedepan, kami ditugaskan untuk mencari satu keluarga binaan,
dan satu keluarga resume di pulau batam kelurahan korong gadang kecamatan
nanggalo, kami bersama2 mencari para lansia yang mengalami masalah kesehatan
dibantu oleh ci kami.
Yupz
akhirnya kami menemukan lansia yang akan kami berikan asuhan keperawatan
gerontik dengan metode keperawatan keluarga berdasarkan lima fungsi kesehatan
keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan untuk merawat
keluarga yang sakit, merawat keluarga, memodifikasi lingkungan yang baik, dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan terutama untuk lansia yang ada di keluarga
tersebut.
Kami
mendapatkan keluarga dengan masalah kesehatan yang berbeda-beda seperti
hipertensi, asma bronkhial, katarak, rematik, asam urat, post stroke, diabetes
melitus, gastritis dll. Pertemuan pertama perkenalan, membina hubungan, kontrak
waktu, tempat dan topik, pertemuan kedua melaksanakan tuk satu yaitu mengenal
kesehatan keluarga dengan cara memberikan penyuluhan melalui media lembar balik
dan leaflet seputar penyakit klien seperti pengertian, penyebab dan tanda gejala
dan sampai tuk ke lima yaitu menjelaskan cara memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada.
Tenyata
lansia yang berada di panti dengan lansia yang ada di rumah nya sendiri adalah
suatu hal yang sangat berbeda secara holistik, lansia yang berada di panti
mereka jelas tidak bersama keluarga bahkan sudah tidak punya keluarga, lansia
yang berada dirumah bersama keluarganya, namun perbedaan yang mendasar lebih
banyak pada bio, psiko dan sosio sedangkan kultural dan spiritual itu
tergantung bagaimana lingkungan lansia itu sendiri.
Saiia
secara pribadi memang kurang setuju jika keluarga saiia yang berada dipanti
jompo, karena bagi saiia keluarga lah yang sangat berperan penting dalam
merawat anggota keluarganya, saran saiia jika kita masih mampu untuk merawat
keluarga kita sendiri, rawatlah, jagalah, berikanlah kasih sayang sebagaimana
beliau dulu memberikan kasih sayang ketika kita masih kecil, tidak ada hal yang
lebih penting kecuali orang yang terdekat yaitu hubungan sedarah, karena
memberikan kasih sayang, perhatian, atau apapun akan berbeda antara yang memang
mempunyai hubungan sedarah dengan orang lain yang bekerja untuk mendapatkan
materi. tapi setelah saiia melihat bagaimana mekanisme dipanti jompo dengan
kegiatan yang teratur, mulai dari makanan, olahraga, hiburan, spiritual, dan
sosial sesama lansia itu sangat baik untuk lansia. Yaa... saiia ingat bahwa
fakir miskin, anak terlantar dipelihara oleh negara. Inilah salah satu contoh
penerapannya dibawah naungan dinas sosial.
Setelah
melewati siklus keperawatan gerontik ini saiia ingat dengan keluarga saiia
sendiri, saiia ingat dengan nenek saiia yang sangat hebat bagi saiia, diusia
beliau yang sudah senja disaat penyakit menggerogoti dan beliau menua setiap
harinya, saiia salut dengan beliau, tidak pikun, tidak pelupa, pendengaran
masih baik, bahkan beliau pintar mengartikan ayat suci al-qur’an yang saiia
sendiri tidak bisa walau penglihatan kabur, katarak, osteoporosis namun beliau
tetap semangat terutama mengerjakan amalan-amalan baik wajib maupun sunnah.
Jika
kami yang menua setiap harinya diberi umur yang panjang suatu saat kami akan
menjadi lansia juga hem... begitulah siklus dari kehidupan manusia, kami selalu
berdoa walaupun tubuh kami sudah tak sanggup untuk melakukan apapun jangaan
hilangkan fikiran kami dari Mu, “berdoalah supaya tidak pikun” karena hanya
akal dan fikiran kelebihan dari manusia. Maka dari itu apa yang kita tanam itu
yang akan kita tuai, mari memperbaiki diri sekecil apapun atau hal apapun demi
kehidupan kita terutama untuk masa lansia kita agar dimasa lansia nanti kita
masih bisa melakukan kebaikan sampai akhir hayat hingga menuju kepada sang
Khalik. Amiiin ya Rabbal alamin. J
Karena
pengalaman hidup seperti ini tidak didapatkan dibangku sekolah ataupun skripsi
hanya kita yang rasa dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada.