Selasa, 11 Januari 2011

ASKEP APENDIKSITIS

KATA PENGATAR


ASSALAMU’ALAIKUM. Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, selawat dan salam kepada nabi besar Muhammad SAW,beserta sahabat, keluarga dan pengikut beliau yang istiqamqah akhir zaman.
Degan izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN APENDIKSITIS”
Kami yaitu, bahwa makalah ini Masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi sempurna.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhirnya kepada Allah SWT, jualah semuanya dikembalikan dengan iringan doa sehingga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca semua upaya mencerdaskan bangsa.


WASSALAMU’ALAIKUM. Wr.Wb.





BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Pemenuhan kebutuhan Dalam memenuhi Askep yang sangat diperlukan pengawasan terhadap masalah yang berhubugan dengan gangguan dari dalam tubuh yang diakibatkan oleh Apendiksitis, yang dapat menggagu pola aktivitas sehari – hari.
ada beberapa prosedur keperawatan yang dapat dilakukan, diantaranya pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri.

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian Apendiksitis
Mahasiswa mampu memahami tentang etiology Apendiksitis
Mahasiswa mampu mengetahui tentang anatomi Apendik
Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi Apendiksitis
Mahasiswa mampu memahami tentang web of caution Apendiksitis
Mahasiswa mampu memahami tentang tanda dan gejala Apendiksitis
Mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan Apendiksitis
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan teoritis Apendiksitis


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
- Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
- Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
- Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
- Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.

B. ETIOLOGI
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.

1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Messo appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

C. ANATOMI APENDIK



D. PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.







E. WOC

































F. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Tanda dan gejala :
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.
2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.

G. KOMPLIKASI

1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

H. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa appendicitis apendektomi segera untuk mencegah risiko infeksi perforasi. Metode insisi abdominal bawah dengan anatesi umum atau spinal.
b. Berikan antibiotic dan terapi cairan IV sampai pembedahan dilakukan.
c. Analgetik dapat diberika setelah diagnose ditegakkan.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita atau mengalami gangguan pencernaan, kebiasaan klien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, sering mengalami gagngguan BAB seperti konstipasi.
Riwayat Penyakit Seakarang
Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual, muantah, anorexia dan demam. Pada klien post operasi ditemukan nyeri pada luka operasi, klien merasa lemaah, emulihan kesadaran.
Riwayat Penyakit Keluarga
Appendicitis bukan merupakan penyakit keturunan atau penyakit menular seperi penyakit lainya.

c. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara head to toe meliputi system dan dikhusus kan pada system pencernaan :
- Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidak
- Keadaan klien biasanya CMC
1. Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia
2. Kulit kepala : kotor/tidak kotor
3. Mata :
Kesimetrisan : biasanya simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis/tidak anemis
Sclera : ikterik/ tdk ikterik
4. Mulut dan gigi
Rongga mulut : kotor/tdk
Lidah : kotor/tdk
5. Dada dan thorak
I : simetris kiri dan kanan
P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan
P: normal/tdk
A: normal/tdk
6. Abdomen
I : perut tidak membuncit, tanpak bekas luka operasi post apendiktomi
P : nyeri tekan, dan nyeri lepas, dikuadaran kanan bawah
P : n: tympani
A: bising usus (+) n: 5-35x/i
7. Genetalia
Observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk kesimetrisan
8. Rectum dan anus
I: adanya hemoroid, lesi, kemerahan
P: merasakan adanya massa
9. Kulit/ intagumen
I: amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan, sianosis, lesi kulit, ikterik.

d. Aktivitas sehari-hari
a. Makan, minum : biasanya klien mengalamin gangguan pada pemenuhan kebutuhan makan dan minum karena mual, muntah dan anorexia.
b. Eliminasi :
Biasanya terjadi gangguan eliminasi terutama pada awitan awal dengan gejala konstipasi
c. Istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada daerah abdomen.
e. Data psikologis
Biasanya klien dan keluarga kakn merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya
f. Data penunjang/laboratorium
- Leukosit : peningkatan > 10. 000/mm3
- Pada pemeriksaan USG/X-Ray ditemukan densitas pada kuadran kanan bawah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi
2. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
3. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis,
b. Berikan aktivitas hiburan Focus perhatian kembali,
c. Berikan anlgesik sesuai indikasi.
d. Berikan kantong es pada abdomen
Rasional :
a. menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang (supine)
b. meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
c. Analgesic dapat menghilangkan nyeri yang diderita pasien.
d. Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi

Intervensi :
a. Awasi tanda vital.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka aseptic. Berika perawatan paripurna.
c. Lihan insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
d. Beriakn informasi yang tepat dan jujur pada pasien
e. Ambil contoh drainage bila diindikasikan.
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi/ a. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.

Rasional :
a. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
b. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
c. Memberikan deteksi dini terjainya proses infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.
d. Penetahuan tenteng kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan anxietas.
e. Kultur pewarnaan gram dan sensitifias berguna untuk mengidentifikasi organism penyebab dan pilihan terapi.
f. Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organism (pada innfeksi yang telah ada sebelumnya) utuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen



3. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual muntah.
Tujuan : cairan cukup dalam tubuh dan mual, muntah tidak ada

Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual haluaran urine adekuat.

Intervensi :
a. Awasi TD dan nadi
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor ulit dan pengisian kapiler
c. Awasi masuk dan haluaran, catat warna urine, konsentrasi, berat jenis.
d. Auskultasi bising usus. Cata kelancaran flatus, gerakan usus.
e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan oral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
f. Pertahankan penghisapan gaster/usus
g. Beriakn cairan IV dan elektrolit a. Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.

Rasional :
a. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
b. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c. Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi cairan.
d. Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral.
e. Menurunkan muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
f. Dekompresi usus, meningkatnya istirahat usus, mencegah muntah
g. Peritonium bereaksiterhadap infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.



BAB IV
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.

Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.

Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Penatalaksanaan
d. Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa appendicitis apendektomi segera untuk mencegah risiko infeksi perforasi. Metode insisi abdominal bawah dengan anatesi umum atau spinal.
e. Berikan antibiotic dan terapi cairan IV sampai pembedahan dilakukan.
f. Analgetik dapat diberika setelah diagnosa ditegakkan.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat membuat laporan kasus yang sesuai dan dapat menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki nantinya.


DAFTAR PUSTAKA

 Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.
EGC: Jakarta

 Chang, Ester. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. EGC: Jakarta

 R. Sjamsuhidajat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta

 Staff Pengajar Bagian Patologi Anatomic Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1990. Patologi. Universitas Indonesia: Jakarta

 Soeparman & Sarwono waspadji. 1999 . Ilmu Penyakit dalam. Gaya Baru.
Jakarta .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar