Sabtu, 29 Januari 2011

ASKEP ASFIKSIA NEONATUS

KATA PENGATAR


ASSALAMU’ALAIKUM. Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, selawat dan salam kepada nabi besar Muhammad SAW,beserta sahabat, keluarga dan pengikut beliau yang istiqamqah akhir zaman.
Dengan izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATUS” Kami menyadari tak ada gading yang tak retak, dan makalah ini Masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi sempurna. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing ISESRENI, S.Kp yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhirnya kepada Allah SWT, jualah semuanya dikembalikan dengan iringan doa sehingga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca semua upaya mencerdaskan bangsa.



WASSALAMU’ALAIKUM. Wr.Wb.



B A B I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asfiksia Neonatus merupakan keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan tersebut disertai dengan, Keadaan adanya hipoksia, hiperakanea, asidosis metabilok. (A. aziz Almul Hidayat. 2005: 198).
Asfiksia Neonatus dapat disebabkan oleh faktor kehamilan, persalinan dan faktor ibu. Asfiksia ringan nya tergantung pada penatalaksanya, sedang kan pada bayi dengan asfiksia berat jika penanganan nya tidak tepat dapat menimbulkan kematian, serta kelainan syaraf. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menimbulkan kejang sampai koma, serta kelainan neurologist yang permanen seperti retardasi mental. (Mitayani, 2010).
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolic dan kardiopulmonalnya (hipoksa, hioglikomi, syok) dapat diobati, pd umur kehamilan bayi (hasil akhir paling jelekk jika bayi preterm), dan pada tingkat keparahan ensefalopati hipoksia, iskemik. Ensefalopati berat. Ditandai dengan koma flasid, apnea, reflek okulosefalik tidak ada, kejang refrakter, dan pengurangan penipisan korteks yang nyata dan CT Scan, dihubung kan dengan prognosis yang jelek. Skor apgar rendah pada menit ke 20, tidak respirasi spontan pada usia 20 menit dan menetapnya tanda-tanda kelainan pada usia 2 minggu yang meramalkan kematian atau adanya deficit kognitif dan motorik yang berat. (Nelson, 1999: 583).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
• Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada bayi dengan klien asfiksia neonates secara baik dan benar.
2. Tujuan khusus
• Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu memahami tentang etiology Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu memahami tentang web of caution Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu memahami tentang tanda dan gejala Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan teoritis Asfiksia Neonatus
• Mahasiswa mampu melakukan pengkajian klien dengan asfiksia neonates
• Klien mampu menganalisa data, dari pengkajian yang telah dilakukan pada klien dengan asfiksia neonatus
• Klien mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan asfiksia neonatus
• Klien mampu membuat rencana keperawatan klien dengan asfiksia neonatus
















B A B II
KONSEP DASAR PENYAKIT ASFIKSIA NEONATUS
A. PENGERTIAN
 Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)
 Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
 Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
 Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)

B. JENIS ASFIKSIA
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
1. Asfiksia livida (biru)
2. Asfiksia pallida (putih)

C. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

D. ETIOLOGI
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
• Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
• Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
• Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
• Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
• Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
• Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
• Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
• Trauma dari dalam : akibat obat bius.
Penyebab asfiksia Stright (2004)

1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hipertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.


E. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki perioode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

F. TANDA DAN GEJALA
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
• Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
• Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
• Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium biasanya ditemukan penurunan kadar hematokritdan peninggian trombosit akibat hiperaktifitas sum-sum tulang.
• Pungsi lumbal untuk menunjukkan adanya cairan spinal yang bercampur darah disertai dengan peninggian jumlah sel darah merah dan protein, serta penurunan glukosa.

H. PENATALAKSANAAN
Persiapan sebelum bayi lahir ( bayi dengan resiko tinggi terjadinya asfiksia ) :
- Siapkan obat
- Periksa alat yang akan digunakan, antara lain :
• Alat penghisap lendir ( jangan elektrik ), sungkup
• Tabung O2 terisi
• Handuk, gunting tali pusat, penjepit tali pusat, Natrium bicarbonat.
- Pada waktu bayi lahir :
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka, kemudian hidung dan mulut, hisap lendir secara hati-hati.

Penatalaksanaan untuk Asfiksia :
Posisi bayi trendelenburg dengan kepala miring.
Bila sudah bernapas spontan letakkan dengan posisi horizontal.

- Apgar Score I 7 – 10 :
a. Bersihkan jalan napas dengan kateter dari lubang hidung, sambil melihat adanya atresia choane, kemudian bersihkan jalan napas dengan kateter melalui mulut sampai nasopharynx. Kecuali pada bayi asfiksia yang air ketubannya mengandung meconeum.
b. Bayi dibersihkan ( boleh dimandikan ) kemudian dikeringkan, termasuk rambut kepala.
c. Observasi tanda vital sampai stabil, biasanya sekitar 2 – 4 jam.

- Apgar Score I 4 – 6 :
i. Seperti a , jangan dimandikan, cukup dikeringkan termasuk rambut kepala.
ii. Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki,
maksimum 15 – 30 detik.
iii. Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong
( lebih baik yang dihangatkan )

- Apgar Score I 4 – 6 dengan detik jantung > 100
i. Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung.

- Apgar Score I 0 – 3 :
i. Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan hipotermia dengan segala akibatnya.
ii. Jangan diberi rangsangan taktil.
iii.Jangan diberi obat perangsang napas.
iv. Segera lakukan resusitasi.

RESUSITASI
Apgar Score 0 – 3 :
- Jangan diberi rangsangan taktil
- Lakukan segera intubasi dan lakukan ventilasi
- Mouth to tube atau pulmonator to tube
- Bila intubasi tidak dapat, lakukan mouth to mouth
respiration atau mask and pulmonator respiration,
kemudian bawa ke ICU.

Ventilasi Biokemial :
- Lakukan pemeriksaan blood gas, kalau perlu dikoreksi dengan Natrium bicarbonat. Bila fasilitas blood gas tidak ada, berikan Natrium bicarbonat pada asfiksia berat dengan dosis 2 – 4 mEq/ kg BB, maksimum 8 mEq/ kg BB/ 24 jam.

5. Referensi
a. Erwin Sarwono et al, Asfiksia Neonatorum, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994
















B A B III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KLIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b.Keluhan Utama
biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis metabolic.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
b. Intranatal
Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan o2 sebab partus lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, perdarahan bayak, placenta previa, sulitio plasenta, persentase janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir.
c. Postnatal
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi organ.
1. Riwayat kesehatan
a. RKD
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
b. RKS
Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal atau tidak ada, perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi organ, kejang, nistagmus dan menagis kurang baik atau tidak menangis.
c. RKK
biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes, hipertensiyang diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang ditemukan pada klien ini adalah sebagai berikut :
- Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) itdak normal
- Keadaan umum klien biasanya tidak baik
1. Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia
2. Kulit kepala : kotor/tidak kotor
3. Mata :
Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis/tidak anemis
Sclera : ikterik/ tdk ikterik
Adanya isi bola mata atau tidak
4. Telinga
Kesimetrisan ki dan ka, adanya daun telinga, adanya lubang telinga, ada /tdk vernik karnisiosa. Sekresi darah atau cairan lainnya.
5. Hidung
Adanya lubang hidung simetris kid an ka dan adanya sekat pada hiudng
6. Mulut
Ada atau tidak labia skizis, palato skizis atau labia palato skizis.
7. Dada dan thorak
I : biasanya warna kulit dada klien biru, tanpak usaha bernafas minimal atau tidak ada
P: biasanya terjadi retraksi dinding dada
P: normal/tdk
A: normal/tdk
8. Abdomen
I : perut asites atau tidak
P : biasanya lembek atau supel
P : n: tympani
A: bising usus (+)
9. Genetalia
Perempuan : labia mayora menutupi labia minora
Laki-laki : testis sudah turun kescrotum
10. Rectum dan anus
Adanya lubang anus atau atresia ani
11. Kulit/ intagumen
I: biasanya kulit berwarna biru atau sianosis

1. Sirkulasi
• Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
• Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
• Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
• Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
• Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
• Berat badan : 2500-4000 gram
• Panjang badan : 44-45 cm
• Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
• Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
• Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
• Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada mnangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
• Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
• Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
• Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
• Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
• Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TERJADI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx kep I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.
2. Tidak menunjukkan cemas.
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan.
NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas
Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.
3. Tidak adanya sianosis.
4. PaCO2 dalam batas normal.
5. PaO2 dalam batas normal.
6. Keseimbangan perfusi ventilasi

Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Suction jalan nafas
Intevensi :
1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .
3. Beritahu keluarga tentang suction.
4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.
5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction.
NIC II : Resusitasi : Neonatus
1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik.
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.
4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.
5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
7. Monitor respirasi.
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.

DX KEP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Status respirasi : Ventilasi
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada simetris.
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Manajemen jalan nafas
Intervensi :
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas
5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

DX KEP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam batas normal
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Manajemen asam basa
Intervensi :
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

DX KEP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah.
NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak
Kriteria hasil :
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.
Keterangan Skala :
1 : Tidak sama sekali
2 : Sedikit
3 : Agak
4 : Kadang
5 : Selalu
NIC : Kontrol Infeksi
ntervensi :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.
2. Pakai sarung tangan steril.
3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali.
4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).

DX KEP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal.
NOC I : Termoregulasi : Neonatus
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.
2. Tidak terjadi distress pernafasan.
3. Tidak gelisah.
4. Perubahan warna kulit.
5. Bilirubin dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Perawatan Hipotermi
Intervensi :
1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.
3. Monitor temperatur dan warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor adanya bradikardi.
6. Monitor status pernafasan.
NIC II : Temperatur Regulasi
Intervensi :
1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.
2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

DX KEP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.
NOC I : Koping keluarga
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah.
2. Kestabilan prioritas.
3. Mempunyai rencana darurat.
4. Mengatur ulang cara perawatan.
Keterangan skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
NOC II : Status Kesehatan Keluarga
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga.
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.
3. Akses perawatan kesehatan.
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
Keterangan Skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Pemeliharaan proses keluarga
Intervensi :
1. Tentukan tipe proses keluarga.
2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.
3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada.
4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi.
NIC II : Dukungan Keluarga
Intervensi :
1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik.
2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.
3. Beri harapan realistik.
4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC











B A B IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY “X” DENGAN ASFIKSIA NEONATUS
A. PENGKAJIAN PADA BAYI
1. Identitas data
Nama anak : By X
Tempat/tgl lhr : padang/23 januari 2011
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : -
Anak ke : 1
BB : 2400

Nama ibu : Ny. R
Umur : 28 thn
Pekerjaan : perawat
Pendidikan : PT
Alamat : vilaku indah IV, siteba padang

Nama ayah : Tn. D
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : PT
Alamat : vilaku indah IV, siteba padang

Dx medis : asfiksia neonatus
No. MR : 08121315
Tgl masuk RS : 22 januari 2011



2. Keluhan utama
Partus lama, primipara, bayi tidak menangis kuat, pernafaan tidak teratur, tanpak sianosis, gerkakan tonus otot tidak aktif dan melemah. Dan berat bayi <2500 gr (2400 gr).

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
d. Prenatal
2. ibu mengatakan sewaktu hamil hanya menderita flu sedikit saja, pernah mual dan muntah diwaktu hamil muda, ibu lemah, kurang darah dan sering pusing.
3. Ibu mengatakan, ibu teratur memeriksakan kehamilanya kedokter sspesialis kandungan dirumah sakit, ibu diperiksa diRS, dan ibu mengatakan dokter memberikan obat penambah darah atau tablet Fe.
4. Ibu mengatakan, ibu hanya minum obat demam dan dan obat penambah darah.
e. Intranatal
Usia kehamilan ibu cukup bulan saat partus, cara persalinan normal ditolong oleh dokter sp.oG, APGAR score pertama 4, BB 2400gr, Lk 9,6 cm
f. Postnatal
Tidak ada cacat congenital, tidak ikkterus, tidak kejang.
5. Riwayat kesehatan
e. RKD
Ibu mengatakan ibu mual dan muntah pada awal kehamilan
f. RKS
Masuk RS tgl. 23 januari 2011, dimulai pengkajian pada tgl. 23 januari 2011, bayi tanpak sianosis, denyut jantung < 100/menit, pernafasan tidak teratur. Nilai APGAR pertama 4 dikarenakan partus lama.
g. RKK
ibu mengeluhkan kurang darah, tanpak pucat, dan ibu sering pusing-pusing.

Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum klien jelek
12. Rambut : sedikit dan tipis
13. Kulit kepala : kotor
14. Mata :
Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis
Sclera : tdk ikterik
Adanya isi bola mata
15. Telinga
Kesimetrisan ki dan ka, adanya daun telinga, adanya lubang telinga, ada vernik karnisiosa. Tidak ekresi.
16. Hidung
Adanya lubang hidung simetris ki dan ka dan adanya sekat pada hidung
17. Mulut
Tidak ada labia skizis, palato skizis atau labia palato skizis.
18. Dada dan thorak
I : warna kulit dada klien biru, tanpak usaha bernafas minimal
P: terjadi retraksi dinding dada
P: normal
A: 90x/i
19. Abdomen
I : perut tidak asites
P : supel
P : -
A: bising usus (+)
20. Genetalia
Perempuan : labia mayora menutupi labia minora
21. Rectum dan anus
Adanya lubang anus dan tanpak mekonium
22. Kulit/ intagumen
I: kulit berwarna biru atau sianosis


B. PENGKAJIAN FISIK SECARA FUNGSIONAL
NO DATA SUBJECTIF DATA OBJECTIF
1 Data klinik
Suhu : 37oc
RR : 12x/i
Nadi : 90x/i
Ksadaran :
Lk: 30cm (circumferensia sub accipito bregmantika)
LILA : 9,6cm
2 Nurisi dan metabolism
a. Bayi blm ada menyusu dgn ibu nya
b. Kulit sianosis Nutirisi dan metabolism
a. Mukosa mulut
Kering, bibir sianosis
3 Respirasi dan sirkulasi
Tanpak retraksi dinding dada
Respirasi dan sirkulasi
a. Sianosis
b. Banyak terdapat secret pada mulut bayi
4 Eliminasi
Abdomen tdk asites
BAB : tanpak pengeluaran mekonium Eliminasi
a. abdomen
tdk buncit dan supel
b. BAB
tanpak pengeluaran mekonium, warna kehitam2an
c. Rectu/anus
Ada lubang anus

5 Aktifitas dan latihan
Ada pergerakan otot tapi lemah Aktifitas dan latihan
Bentuk kaki normal, otot kaki ada pergeraka tapi lemah

6 Kognitif dan persepsi Kognitif dan persepsi
Gerakan sedikit thp ransangan
Konjungtiva, anemis dan tdk ikterik

7 Peran dan hubungan keluarga
Ibu klien selalu menanyakan kondisi bayi nya. Peran dan hubungan keluarga
Ibu klien selalu ada didekat klien, dan tanpak khawatir dhn kondisi klien.
8 Seksualitas/reproduksi


C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• PH tali pusat : 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
• Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
• Tes combs langsung pada daerah tali pusat. adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
D. ANALISA DATA
no DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DO
RR : 12x/i
Nadi : 90x/i
Tanpak sianosis
Tanpak retraksi dinding dada
Nilai APGAR pertama 4
Byk terdapat secret pada mulut bayi
DS:
Ibu klien mengatakan anak nya membiru
Ibu klien mengatakan saat lahir anaknya tidak menangis kuat Bersihan jalan nafas tidak efektif produksi mukus banyak
2 DO
RR : 12x/i
Nadi : 90x/i

Tanpak sianosis
Tanpak retraksi dinding dada
Nilai APGAR pertama 4
Byk terdapat secret pada mulut bayi
PH tali pusat : 7,24
DS:
Ibu klien mengatakan anak nya membiru
Ibu klien mengatakan saat lahir anaknya tidak menangis kuat

Pola nafas tidak efektif hipoventilasi
3 DO :
Suhu : 37oc
RR : 12x/i
Nadi : 90x/i
Nilai APGAR pertama 4
Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%

DS :

Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh. kurangnya suplai O2 dalam darah




E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
no Dx kep Tgl muncul TTD Tgl teratasi TTD
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 23 januari 2011
2 Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi 23 januari 2011
3 Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b. d kurangnya suplai O2 dalam darah 23 januari 2011

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No No dx kep NOC NIC AKTIVITAS KEP
1 1 Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.
2. Tidak menunjukkan cemas.
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan.
1. Suction jalan nafas















2. Resusitasi : Neonatus

1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .
3. Beritahu keluarga tentang suction.
4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.
5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction.

1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik.
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.
4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.
5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
7. Monitor respirasi.
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.


2 2 Status respirasi : Ventilasi
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada simetris.
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
Manajemen jalan nafas A. 1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas
5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

3 3 Termoregulasi : Neonatus
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.
2. Tidak terjadi distress pernafasan.
3. Tidak gelisah.
4. Perubahan warna kulit.
5. Bilirubin dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
Perawatan Hipotermi















: Temperatur Regulasi 1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.
3. Monitor temperatur dan warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor adanya bradikardi.
6. Monitor status pernafasan.
1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.
2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.













B A B V
P E M B A H A S A N
Dari pengamatan sewaktu dinas di bangsal kebidanan dan anak RSUP DR. M. DJAMIL Padang. Asfiksia neonatus sangat dikhawatirkan karena asfiksia neonatus dapat mengakibatkan resiko tinngi kematian pada bayi sehingga dapat meningkatkan angka kematian bayi.
Asfiksia merupakan keadaan diman bayi tidak dapat bernafas scara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan tersebut disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai keasidosis metabolic. Asfiksia neonatus ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya Asfiksia neonatus ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau dapat terjadi setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkan diantaranya, adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu risiko tinggi kehamilan data juga terjadi karena faktor placenta seperti janin dengan sulitio plasenta atau faktor janin nya sendiri seperti terjadi kalainan pada tali pusat dengan menmbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, kemudian faktor persalinan itu juga sangat penting dalam menentukan terjadinya asfiksia atau seperti pada partus lama, partus dengan tindakakn tertentu ini dapat menyebabakna terjadinya sfiksia. (A. Aziz Alimul Hidayat. 2005: 199)
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolic dan kardiopulmonalnya (hipoksa, hioglikomi, syok) dapat diobati, pd umur kehamilan bayi (hasil akhir paling jelekk jika bayi preterm), dan pada tingkat keparahan ensefalopati hipoksia, iskemik. Ensefalopati berat. Ditandai dengan koma flasid, apnea, reflek okulosefalik tidak ada, kejang refrakter, dan pengurangan penipisan korteks yang nyata dan CT Scan, dihubung kan dengan prognosis yang jelek. Skor apgar rendah pada menit ke 20, tidak respirasi spontan pada usia 20 menit dan menetapnya tanda-tanda kelainan pada usia 2 minggu yang meramalkan kematian atau adanya deficit kognitif dn motorik yang berat. (Nelson, 1999: 583).
Maka akan timbul masalah keperawatan seperti :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
(Judith M. Wilkinson, 2007: 671).
Masalah yang kami temukan dilapangan tidak jauh beda dengan teori yang telah dijabarkan diatas. Yaitu masalah tentang pernafasan yang lebih utama, dikarenakan oksigen adalah kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia.
kekurangan oksigen aau asfiksia neonatus dapat berpengaruh pada :
• Sistem saraf pusat  ensefalopati hipokrik-iskemik, infark, pendarahan intracranial, kejang-kejang, edema otak, hipotonia, hipretonia.
• Kardiovaskuler  iskemia miokard, kontraktilitas jelek, bising jantung, insufisiensi trikuspidalis, hipotensi
• Paru-paru  sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, RDS.
• Ginjal  nekrosis tubular akut/ korteks
• Adrenal  perdarahan adrenal
• Sal. Cerna  perforasi ulserasi, nekrosis
• Metabolic  sekresi ADH yang tidak sesuai, hiponatremia, hipogikemi, hipokalsemi, mioglobinuria
• Kulit  nekrosis lemak subcutan
• Hematologi  koagulasi intravaskuler terbesar.
(Nelson, 1999).

Asfiksia ringan nya tergantung pada penatalaksanya, sedang kan pada bayi dengan asfiksia berat jika penanganan nya tidak tepat dapat menimbulkan kematian, serta kelainan syaraf. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menimbulkan kejang sampai koma, serta kelainan neurologist yang permanen seperti retardasi mental. (Mitayani, 2010).

B A B V I
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Asfiksia merupakan keadaan diman bayi tidak dapat bernafas scara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan tersebut disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai keasidosis metabolic. Asfiksia neonatus ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya Asfiksia neonatus ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau dapat terjadi setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkan diantaranya, adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu risiko tinggi kehamilan data juga terjadi karena faktor placenta seperti janin dengan sulitio plasenta atau faktor janin nya sendiri seperti terjadi kalainan pada tali pusat dengan menmbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, kemudian faktor persalinan itu juga sangat penting dalam menentukan terjadinya asfiksia atau seperti pada partus lama, partus dengan tindakakn tertentu ini dapat menyebabakna terjadinya sfiksia.
Asfiksia ringan nya tergantung pada penatalaksanya, sedang kan pada bayi dengan asfiksia berat jika penanganan nya tidak tepat dapat menimbulkan kematian, serta kelainan syaraf. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menimbulkan kejang sampai koma, serta kelainan neurologist yang permanen seperti retardasi mental.
B. SARAN
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan tersebut disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai keasidosis metabolic. Asfiksia sangat rentan untuk terjadinya sindrom gawat nafas dan dapat menimbulkan kematian pada bayi, sehingga akan menambah angka kematian bayi diindonesia ini. Maka diharapkan kepada ibu agar bayi nya kelak tidak terjadi asfiksia neonatus memeriksakan kehamilannya secara rutin, penuhi nutrisi yang adekuat, personal hygiene adekuat dan selalu menjaga kesehatannya. Dan juga kepada semua petugas kesehatan terutama perawat dapat memberikan pelayanan yang baik dan tindakan tepat pada bayi dengan asfiksia neonatus sehingga dapat menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga dapat meminimalkan komplikasi yang akan terjadi dan dapat menurunkan angka kematian bayi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY “X” DENGAN ASFIKSIA NEONATUS
DIBANGSAL ANAK DAN KEBIDANAN RSUP DR. MDJAMIL PADANG






Disusun Oleh IV :

SILMIA IZZATI
HANDRI YEANSI
UMAR DINATA
RINNO WILLY
VERA WATI
HAYU MAILA SARI
RISSA ANGGRAINI
AULIA OKTAVIA

KELAS : III B

PRODI : S1 KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING : ISESRENI S.Kp

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2010/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar